Nama Resmi
|
:
|
Kabupaten Aceh
Tenggara
|
Ibukota
Kabupaten
|
:
|
Kutacane
|
Provinsi
|
:
|
Nanggroe Aceh
Darussalam
|
Batas Wilayah
|
:
|
Utara dengan
Kabupaten Gayo Lues
Selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Singkil Barat dengan Provinsi Sumatera Utara Timur dengan Kabupaten Aceh Selatan |
Luas Wilayah
|
:
|
4.231,43 Km²
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
207.489 Jiwa
|
Wilayah
Administrasi
|
:
|
16 Kecamatan
1 Kelurahan
385 Desa
|
Secara
topografi dulunya menurut sebuah hikayat Aceh Tenggara adalah sebuah danau
besar, yang terbentuk pada masa pra sejarah. Secara faktual hal ini dapat
dilihat dari banyaknya nama desa atau daerah yang masih menggunakan kata pulo
(pulau), ujung, dan tanjung, seperti Pulo Piku, Pulonas, Pulo Kemiri, Pulo
Gadung, Pulo Latong, Tanjung, Kuta Gerat, Kuta Ujung, dan Ujung Barat. Selain
itu, ditemukan banyak kuburan yang berada di atas gunung, seperti kuburan Raja
Dewa di atas gunung Lawe Sikap, kuburan Panglima Seridane di atas Gunung Batu
Bergoh, dan kuburan Panglima Panjang di atas Gunung Panjang. Nama alas sendiri
diyakini berasal dari kata alas yang bermakna tikar atau landasan yang berbentuk lapangan yang sangat
luas.
Kutacane
adalah ibukota Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, Indonesia. Secara geografis, Kabupaten Aceh
Tenggara terletak antara 3055'23”–4016'37” LU dan 96043'23‘–98010'32” BT. Di
sebelah utara berbatasan dengan dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah timur dengan Provinsi
Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur,
di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh
Selatan, Kabupaten Aceh Singkil dan
Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah
barat dengan Kabupaten Aceh Selatan. Kutacane merupakan pintu masuk ke Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) dari wilayah Aceh, dapat dicapai
lebih kurang 5-6 jam lewat darat melalui Kabupaten
Karo dari Medan,
Sumatera
Utara.
Wilayah
Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) terletak di ketinggian 25-1000 meter di atas
permukaan laut, berupa daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya
merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser. Suhu udara berkisar
antara 25 sampai 32 Celsius.
Dalam
sejarah panjang pemerintahan Kabupaten Aceh Tenggara, bermula dari disusunnya
pemerintahan di seluruh Aceh pada awal tahun 1946 dengan mengelompokkan
daerah-daerah yang berada “di tengah” Aceh, yakni Takengon, Gayo Lues, dan
Tanah Alas ke dalam satu keluhakan yang disebut Keluhakan Aceh Tengah. Ibukota
keluhakan direncanakan digilir setiap enam bulan antara Takengon, Blangkejeren,
dan Kutacane. Jarak yang sangat jauh dan waktu tempuh yang sangat lama antara
Kutacane ke Takengon, sekitar 250 km ditempuh dalam waktu 5-8 hari dengan jalan
kaki, atau kalau menggunakan kenderaan harus melalui Medan, Aceh Timur, dan
Aceh Utara dengan menempuh jarak sekitar 850 km, menyebabkan pelaksanaan
pemerintahan tidak berjalan efektif. Terlebih lagi pada tanggal 21 September
1953 meletus Peristiwa Aceh (Daud Bereueh), yang mendorong beberapa tokoh yang
berasal dari Sumatera Utara mencoba memasukkan daerah Tanah Alas ke dalam
wilayah Sumatera Utara. Namun upaya ini tidak mendapat dukungan dari rakyat di
Tanah Alas. Pada tahun 1956 Pemerintah Pusat menyadari bahwa salah satu
penyebab meletusnya Peristiwa Aceh adalah dileburnya Provinsi Aceh ke dalam
propinsi Sumatera Utara dan memutuskan untuk mengembalikan status propinsi
kepada Aceh. Hal ini semakin mendorong pemimpin di Tanah Alas dan Gayo Lues
untuk membentuk kabupaten sendiri, terlepas dari Kabupaten Aceh Tengah. Setelah
melalui perjuangan tanpa kenal lelah, akhirnya Mayor Syahadat berhasil
meyakinkan Pangkowilhan I Letjend. Koesno Oetomo untuk secara de facto menyatakan
mengesahkan Daerah Tanah Alas dan Gayo Luas Menjadi Kabupaten Aceh Tenggara
pada tanggal 14 Nopember 1967. Pada tahun 1974, setelah berjuang selama 17
tahun sejak tahun 1956, Pemerintah akhirnya menerbitkan UU No. 4 tahun 1974
tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara dan peresmiannya dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud pada tanggal 26 Juni 1974 dalam suatu
acara yang khidmat di Kutacane.
Pada hari itu
juga Gubernur Daerah Istimewa
Aceh A. Muzakkir Walad melantik Mayor Syahadat sebagai Pejabat Bupati
Kabupaten Aceh Tenggara. Pada tanggal 24 Juli 1975 Mayor Syahadat secara
definitif diangkat sebagai Bupati Aceh Tenggara yang pertama. Bupati berikutnya
setelah H. Syahadat (menjabat sejak tahun 1975 sampai 1981) adalah T. Djohan
Syahbudin, SH, (periode 1981-1986), Drs. H. T. Iskandar, (periode
1986-1991), Drs. H. Syahbuddin BP
(periode 1991-2001), H. Armen Desky (periode 2001-2006) dan Ir. Hasanuddin B
(sejak 2006 sampai sekarang).
Kemudian
pada tanggal 10 April 2002 kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh
Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002.
Secara
administratif, sejak terbentuk pada tahun 1974 sampai dengan tahun 2013, Kabupaten
Aceh Tenggara terbagi dalam 16 kecamatan, satu kelurahan, dan 385 desa. Sebanyak
282 desa diantaranya terletak di lembah dan 103 desa terletak di kawasan lereng
Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Enam belas kecamatan yang ada
di Aceh Tenggara adalah: Lawe Alas, Lawe Sigala-Gala, Babul Makmur, Bambel,
Babussalam, Badar, Darul Hasanah, Lawe Bulan, Bukit Tusam, Semadam, dan Babul
Rahmah, Deleng Pokhkisen, Tanoh Alas, Leuser, Ketambe, Babul Makmur dan Lawe
Sumur.
Kabupaten
Aceh Tenggara yang dikenal sebagai Lembah Alas, sangat kaya akan objek-objek
wisata. Pengembangan pariwisata di Aceh Tenggara diarahkan pada pemanfaatan
sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan penekanan
pada pariwisata alam (natural tourism). Sasaran dari pembangunan pariwisata
adalah meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik
dari tahun ke tahun.
Objek-objek
wisata ini dapat digunakan untuk tujuan pendidikan dan penelitian ataupun
rekreasi dan olahraga. Untuk tujuan pendididkan sudah ada laboratorium
penelitian dan camping ground yang dapat digunakan oleh siswa dan mahasiswa, serta
peneliti dari lembaga-lembaga penelitian dan universitas dalam bidang biologi,
kehutanan, ekologi, zoologi, dan iklim.
Ditulis
ulang oleh: M. Zainuddin Syah, S.Si